Showing posts with label Islam. Show all posts
Showing posts with label Islam. Show all posts

Tuesday, March 22, 2016

Kisah Menyedihkan Berumah Tangga

JurnalRakyat - Berikut kisah atau cerita sedih yang dapat memotivasi Anda dalam menjalani kehidupan berumah tangga, Kisah mengharukan atau kisah sedih ini tentang perjalanan cinta seorang istri yang tak pernah mencintai suaminya selama 10 tahun perjalanan pernikahannya hingga sang Suami meninggal dunia, dan akhirnya ia menyadari betapa besar cinta dan kasih sayang yang diberikan sang suami untuknya selama ini, dulu ia menghabiskan sepuluh tahun untuk membenci suaminya, tetapi setelah Suaminya tiada Ia menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupnya untuk mencintai sang Suami.
 
Kisah Menyedihkan Berumah Tangga
Ilustrasi. (muslim365.com)
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami.

Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya.

Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus.

Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas.

Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.

Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak,

ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang.
maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri.
Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi.
Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya.
Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja.
Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti.
Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi.
Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja.
Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini.
Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini.
Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku.
Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu.
Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku.
Jagalah Ibu dan Farah.
Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. O
ke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Monday, March 21, 2016

Inilah Tanda Kiamat Besar Menurut Al- Quran dan Hadits

JurnalRakyat - Bumi yang kita huni ini,Bumi yang kita pijak ini.Bumi yang kita indah ini,Bumi yang selalu menemani manusia ini, Ternyata benar-benar sudah Tua.Ternyata sudah mendekati ajalnya,Ternyata sudah dekat pada akhir ceritanya,Ternyata sudah semakin dekat dengan Hari akhir yaitu Hari Kiamat.
 
Inilah Tanda Kiamat Besar Menurt Al- Quran dan Hadits
Ilustrasi Kiamat
Hari kiamat tak ada yang tahu kapan akan terjadinya,namun yang jelas pada hari jum'at terjadi kiamat.dan tak ada satu orang punyang tahu hari jum'at yangmana kiamat akan terjadi,Manusia hanya tahu tanda-tanda atau ciri-ciri kiamat sudah dekat menurut hadist Rasul saw dan Firman Allah swt

Menurut para ulama besar dalam Al-Qu'an dan hadist Rasul Tahapan-tahapan proses mendekatinya Kiamat besar (yaumal kiyamah) ada beberapa tahapan :
1. Kemunculan Imam Mahdi
2. Kemunculan Dajjal
3. Turunnya Nabi Isa as.
4. Kemunculan ya'juj dan ma'juj
5. Terbitnya matahari dari barat ke timur
6. Pintu pengampun akan ditutup
7. Dab'bat al-Ard aka keluardari tanah dan akan menandai muslim yang sesungguhnya
8. Kabut selama 40 hari akan mematikan semua orang beriman sejati sehingga mereka tidak perlu mengalami tanda-tanda kiamat lainnya
9. Sebuah kebakaran besar akan menyebabkan kerusakan
10. Pemusnahan atau runtuhnya Kiblat muslim yaitu Ka'bah
11.Tulisan isi Al-Qur'an akan lenyap
12. Tiupan sangkala yang pertama kalinya membuat semua makhluk hidup merasa kaget yang sangat dan ketakutan yang membuat perasaan putus asa
13. Tiupan sangkala yang kedua kalinya akan membuat semua makhluk hidup dan mati
14. Dan tiupan sangkala yang ketiga yang membuat setiap makhluk bangkit kembali hidup

Saya membuat postingan seperti ini bukan hanya untuk menasehati akan menggurui namun saya ingat akan hadist Nabi Mumahammad saw yang telah bersabda : " Barangsiapa yang mengingatkan ini kepada orang lain, akan Aku buatkan tempat di surga baginya pada hari pengadilan kelak (Yaumal Hisab)."
Allah berbifman : "Jika engkau lebih mengejar duniawi daripada mengejar dekat denganku, maka Aku berikan, tapi Akuakan menjauhkan kalian dari surgaku.

dan Makna dari ayat itu"Orang mengejar duniawi saja daripada akhirat yaitu maksudnya Dajjal bermata satu. Ingatlah dunia kita bisa lakukan asal jangan lupa akhirat, ingatlah mati sebelum kau menyesal diyaumal kiyamah. karena sebaik-baiknya penasehat yang tajam dan tegas tiadalain melainkan MATI.

Ingatlah selalu untuk melaksanakan shalat lima waktu dengan memakai ilmunya, karena shalat tanpa ilmu bagai pohon tanpa akar yang tiada buah-buahan dan dedaunan.Yakni hanya sebuah batang yang keringtegak ditengah padang pasir.

Subhanallah !! Inilah Manfaat Yang Luar Biasa Bagi Wanita Hamil Yang Rajin Qiyamul Lail

JurnalRakyat  - Dari Jabir ra, ia berkata , Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :“ Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya) dan itu setiap malam “.

 Inilah Manfaat Yang Luar Biasa Bagi Wanita Hamil Yang Rajin Qiyamul Lail
Wanita Shalat Malam
Shalat malam merupakan sarana berkomunikasi seorang muslim dengan Rabbnya, merasa lezat dikala munajat dengan penciptanya, ia berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memujinya. Akhirnya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mempermudah semua aspek kehidupan hambanya, baik pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara. Begitu pula aspek dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Dia akan dekat dengan rabbnya, diampini dosanya, dihormati sesama dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan Abu Umamah ra bahwa Rasulullah bersabda :
“ Hendaklah kalian mengerjakan qiyamul lail, karena qiyamul lail adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, sebab qiyamul lail mendekatkan diri kepada Allah, mencegah dari dosa, menghapus kesalahan-kesalahan,dan mengusir penyakit dari tubuh “.

Dalam sabda beliau, Rasulullah saw bersabda :
“ Shalat paling utama setelah shalat wajib ialah qiyamul lail “.

Oleh karena itu, seorang wanita yang sedang hamil juga dianjurkan untuk senantiasa melakukan qiyamul lail karena akan sangat berdampak positif bagi dirinya sendiri dan juga janin yang dikandungnya. Seorang anak akan mewarisi kebiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya terutama ibu. Alangkah baiknya ketika seorang ibu mewariskan kebiasaan yang baik kepada anak-anaknya sehingga mereka akan tumbuh menjadi seorang anak yang sholeh dan sholehah, senantiasa dalam ketaatan kepada Allah swt. 

|| |Sumber : reportaseterkini.net

Sunday, March 13, 2016

Niat Wudhu dan Cara Mengerjakan Wudhu

TribunRakyat - Orang yang hendak mengerjakan shalat wajib berwudhu terlebih dahulu, karena wudhu merupakan syarat sahnya shalat. Sebelum berwudhu kita harus membersihkan dahulu najis- najis yang ada pada badan , kalau memang ada najis. 

Niat Wudhu dan Cara Mengerjakan Wudhu
Niat Wudhu dan Cara Mengerjakan Wudhu

Cara Mengerjakan Wudhu ialah : 


1. Membaca '' BISMILLAAHIR_RAHMAANIR_RAHIIM'', sambil mencuci kedua belah tangan sampai pergelangan tangan dengan bersih.
2. Selesai membersihkan tangan terus berkumur - kumur tiga kali , sambil membersihkan gigi.
3. Selesai Berkumur terus mencuci lubang hidung tiga kali .
4. Selesai mencuci lubang hidung terus mencuci muka tiga kali , mulai dari tempat tumbulnya rambut kepala hingga bawah dagu, dan dari telinga kanan ke telinga kiri , sambil niat wudhu sebagai berikut :
'' Nawaitul-wudhuu'a Liraf'il-hadatsil - ashghari fardhal Lillaahi ta'aalaa''
Artinya "Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil , fardhu karena Allah Ta'ala''
5. Selesai Membasuh muka ( Mencuci muka), Lalu membasuh (Mencuci) kedua belah tangan hingga siku-siku tiga kali.
6. Selesai Mencuci kedua belah tangan , terus mengusap sebagian rambut kepala tiga kali.
7. Selesai mengusap sebagian rambut kepala, terus mengusap kedua belah telinga tiga kali.
8. Dan yang terakhir membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki tiga kali.

Cara Mandi Wajib Lengkap dengan Doanya

TribunRakyat - Bagi orang yang akan melakukan shalat, tidak sah sholatnya jika masih mempunyai hadast besar. karena sebagaimana kita ketahui bahwa sahnya shalat juga suci dari hadast besar.cara untuk menghilangkan hadast besar yaitu dengan mandi wajib, yaitu membasuh seluruh tubuh mulai dari puncak kepala sampai ujung Kaki.

Cara Mandi Wajib Lengkap dengan Doanya
Mandi Junub

Sebab- sebab yang Mewajibkan Mandi Wajib


a.Bertemunya dua khitan (Bersetubuh) , baik keluar sperma (Mani) ataupun tidak , baik dengan sadar atau tidak.
b.Keluar Mani (Sperma) baik keluarnya karena mimpi atau sebab lain , baik sengaja atau tidak , dengan perbuatan sendiri atau tidak.
c.Mati, dan matinya itu bukan mati syahid atau bayi yang mati karena keguguran dan tubuhnya belum terbentuk.
d.Selesai nifas ( Bersalin; setelah berhentinya darah yang keluar dari rahim sesudah melahirkan).
e.Wiladah ( Setelah melahirkan).
f. Selesai Haidh.

Ciri - ciri Air Mani adalah:

    keluarnya dari Kubul dengan memancar (tersendat-sendat).
    Saat keluar terasa Nikmat.

    Baunya:
 
    Jika masih basah seperti bau adonan roti atau bau mayang korma.
    Jika sudah kering seperti bau putih telur.

Fardhu Mandi Besar / Junub ada 3 yaitu:

1. Niat.

Niat ini dibaca dalam hati pada saat mulai membasuh bagian manapun dari tubuh.

Lafadz Niat Mandi Besar adalah:

NAWAITUL GHUSLA LIRAF'IL HADATSIL AKBARI FARDHAN LILLAAHI TA'AALAA.

Artinya:

"Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadats besar fardhu karena Allah Taala."

   2. Membasuh seluruh tubuh dengan air sampai rata (serta rambut dan kulitnya harus terkena air).

   3. Menghilangkan Najist jika ada yang menempel pada tubuh.

Sunat Mandi ada 5, yaitu:

    Membaca Basmalah ("Bismillahir rahmaanir rahiim pada saat akan mulai mandi.
    Berwudhu (sebelum mandi) seperti wudhu hendak sholat.
    Membasuh (menggosok) badan dengan tangan sampai 3 kali.
    Mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri.
    Muwalat, yaitu sambung menyambung dalam membasuh anggota badan.
 
MANDI SUNAT

Selain mandi wajib, ada beberapa mandi yang disunatkan, yaitu:

    Mandi ketika hendak Sholat Jumat.
    Mandi ketika hendak Sholat Idul Fitri.
    Mandi ketika hendak Sholat Idul Adha.
    Mandi setelah sembuh dari penyakit gila.
    Mandi ketika hendak melaksanakan ihram haji atau umrah.
    Mandi setelah memandikan mayat.
    Mandi seorang kafir setelah masuk islam.

Larangan bagi orang yang mempunyai Hadast Besar:

A. Larangan bagi orang yang sedang Junub:

    Mendirikan Sholat, baik shalat wajib / sunat.
    Mengerjakan Thawaf (Thawaf rukun haji / sunat).
    Menyentuh / membawa Al-quran.
    Berhenti lama (berdiam di masjid) / Itikaf.

B. Larangan bagi orang yang sedang Haid / Nifas:

    Semua larangan point2 diatas.
    Di cerai (ditalak)
    Berpuasa (wajib / sunat)
    Bersetubuh
    Bersenang - senang antara pusar perut dan lutut.
    Menyeberangi mesjid jika khawatir mengotorinya dengan darah.

Tuesday, March 8, 2016

Inilah Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Tanah Jawa

TribunRakyat - Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Tanah Jawa - Sebelum Islam masuk ke tanah Jawa, mayoritas masyasarakat jawa menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Selain menganut kepercayaan tersebut masyarakat Jawa juga dipengaruhi oleh unsur-unsur budaya Hindu dan Budha dari India. Seiring dengan waktu berjalan tidak lama kemuadian Islam masuk ke Jawa melewati Gujarat dan Persi dan ada yang berpendapat langsung dibawa oleh orang Arab.

Inilah Sejarah Awal Agama Islam Masuk Ke Tanah Jawa
Masjid Agung Tuban, Jawa Timur.
Kedatangan Islam di Jawa dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan kubur bernama Fatimah binti Maimun serta makam Maulana Malik Ibrahim. Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam yaitu: perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik. Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah Bagaimanakah proses Islam masuk ke tanah Jawa?, Bagaimana masyarakat Jawa sebelum Islam datang?, Bagaimana peran Wali Songo dan metode pendekatannya?, Dan bagaimana Islam di Jawa paska Wali Songo? Dengan tujuan untuk mengetahui keadaan masyarakat Jawa sebelum Islam datang, peran Wali Songo di tanah Jawa dan metode pendekatannya, serta keadaan Islam di Jawa paska Wali Songo.

Islam Masuk Ke Tanah Jawa


Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.

1. Masyarakat Jawa Sebelum Islam Datang

a. Jawa Pra Hindu-Budha
Situasi kehidupan “religius” masyarakat di Tanah Jawa sebelum datangnya Islam sangatlah heterogen. Kepercayaan import maupun kepercayaan yang asli telah dianut oleh orang Jawa. Sebelum Hindu dan Budha, masyarakat Jawa prasejarah telah memeluk keyakinan yang bercorak animisme dan dinamisme. Pandangan hidup orang Jawa adalah mengarah pada pembentukan kesatuan numinous antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat.

Di samping itu, mereka meyakini kekuatan magis keris, tombak, dan senjata lainnya. Benda-benda yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan magis ini selanjutnya dipuja, dihormati, dan mendapat perlakuan istimewa.

b. Jawa Masa Hindu-Budha
Pengaruh Hindu-Budha dalam masyarakat Jawa bersifat ekspansif, sedangkan budaya Jawa yang menerima pengaruh dan menyerap unsur-unsur Hinduisme-Budhisme setelah melalui proses akulturasi tidak saja berpengaruh pada sistem budaya, tetapi juga berpengaruh terhadap sistem agama.

Sejak awal, budaya Jawa yang dihasilkan pada masa Hindu-Budha bersifat terbuka untuk menerima agama apapun dengan pemahaman bahwa semua agama itu baik, maka sangatlah wajar jika kebudayaan Jawa bersifat sinkretis (bersifat momot atau serba memuat).

Ciri lain dari budaya Jawa pada saat itu adalah sangat bersifat teokratis. Pengkultusan terhadap raja-raja sebagai titisan dewa adalah salah satu buktinya. Dalam hal ini Onghokham menyatakan:

Dalam kerajaan tradisional, agama dijadikan sebagai bentuk legitimasi. Pada jaman Hindu-Budha diperkenalkan konsep dewa-raja atau raja titising dewa. Ini berarti bahwa rakyat harus tunduk pada kedudukan raja untuk mencapai keselamatan dunia akhirat. Agama diintegrasikan ke dalam kepentingan kerajaan/kekuasaan. Kebudayaan berkisar pada raja, tahta dan keraton. Raja dan kehidupan keraton adalah puncak peradaban pada masa itu.

Di pulau Jawa terdapat tiga buah kerajaan masa Hindu Budha, kerajaan-kerajaan itu adalah Taruma, Ho-Ling, dan Kanjuruhan. Di dalam perekonomian dan industri salah satu aktivitas masyarakat adalah bertani dan berdagang dalam proses integrasi bangsa. Dari aspek lain karya seni dan satra juga telah berkembang pesat antara lain seni musik, seni tari, wayang, lawak, dan tari topeng. Semua itu sebagian besar terdokumentasikan pada pahatan-pahatan relief dan candi-candi.

2. Peranan Wali Songo dan Metode Pendekatannya

Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Wali Songo adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa peranan Wali Songo sangat besar dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa.

Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.

Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah sebagai berikut:
  • Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
  • Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
  • Sunan Drajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
  • Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
  • Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
  • Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di Jawa dan luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
  • Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
  • Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
  • Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.

Salah satu cara penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali tersebut ialah dengan cara mendakwah. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat (sebagai objek dakwah), dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.

3. Islam Di Jawa Paska Wali Songo

Setelah para Wali menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa, kepercayaan animisme dan dinamisme serta budaya Hindu-Budha sedikit demi sedikit berubah atau termasuki oleh nilai-nilai Islam. Hal ini membuat masyarakat kagum atas nilai-nilai Islam yang begitu besar manfa’atnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat mereka langsung bisa menerima ajaran Islam. Dari sini derajat orang-orang miskin mulai terangkat yang pada awalnya tertindas oleh para penguasa kerajaan. Islam sangat berkembang luas sampai ke pelosok desa setelah para Wali berhasil mendidik murid-muridnya. Salah satu generasi yang meneruskan perjuangan para Wali sampai Islam tersebar ke pelosok desa adalah Jaka Tingkir. Islam di Jawa yang paling menonjol setelah perjuangan para Wali songo adalah perpaduan adat Jawa dengan nilai-nilai Islam, salah satu diantaranya adalah tradisi Wayang Kulit.

Referesi:

    http://mbujoz.blogspot.com/2010/06/islam-masuk-ke-tanah-jawa-disusun-untuk.html
    http://wong-jawi.pun.bz/sejarah-islam-pertama-masuk-pulau-jawa.xhtml
    http://www.websejarah.com/2012/09/sejarah-awal-agama-islam-masuk-ke-tanah.html

Artikel ini Dikutip dari : 
http://web.iaincirebon.ac.id

Sejarah Peradaban Islam di Jawa Timur

TribunRakyat - Islam telah tersebar di pulau Jawa, paling tidak sejak Malik Ibrahim dan Maulana Ishak yang bergelar Syaikh Awal Al-Islam diutus sebagai juru dakwah oleh Raja Samudera, Sultan Zainal Abidin Bahiyah Syah (1349-1406) ke Gresik. [1]Komunitas muslim pertama diberitakan oleh Man Huan yang mengatakan bahwa antara tahun 1415-1432 di Jawa bagian Timur terdapat tiga kelompok komunitas. Pertama adalah penduduk Muslim yang berasal dari Barat, kedua komunitas Cina yang beberapa di antaranya telah memeluk Islam, dan ketiga penduduk pribumi sedikit tetapi setidaknya telah ada indikasi adanya pemukiman Islam.

Sejarah Peradaban Islam di Jawa Timur
Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel

Nisan kubur makam Malik Ibrahim juga berangka tahun 1419. Walaupun dipercaya sebagai penyebar Islam tetapi tidak ada sumber pasti yang mengatakan demikian, sangat mungkin dia adalah pedagang Muslim yang berasal dari Gujarat, India yang meninggal dalam perjalanan dagang Makam sejaman yang lain adalah makam Putri Tjempa (Putri Campa), salah satu istri Prabu Brawijaya, raja Majapahit terakhir yang mendukung pemakaman istrinya dengan cara Islam. Nisan kuburnya terdapat inskripsi angka tahun 1370 Caka (1448). Putri Cahaya adalah bibi dari Raden Rahmat dari Ampel Denta yang diangkat oleh raja sebagai imam bagi komunitas Islam masa pemerintahan Majapahit. Raden Rahmat menyebarkan Islam sepanjang Jawa dengan cara-cara damai dan alamiah (pacific penetration) dan cara ini sangat berhasil dijalankan oleh para pengikutnya. Muridnya yang bernama Raden Paku mendirikan masjid dan mengislamkan penduduk disekitar Giri. Raden Rahmat juga mengutus Syeikh Khalifah Husein ke Madura. Beberapa bupati sepanjang pantai utara Jawa beralih paham dewa raja Majapahit menjadi Muslim.
Mulai saat itulah terjadi fase perubahan yang sangat besar di Jawa yang dikenal dengan fase Persebaran Islam. Seringkali mereka (para wali) menyamar untuk memutus lingkaran penganut lama. Mereka sangat aktif dan berpindah-pindah dengan cara akulturasi budaya yang sangat luwes. Seringkali mereka memegang peranan yang sangat penting baik sebagai bagian dari pemerintahan maupun sebagai pemegang otoritas sendiri. Sistem ini akhirnya memunculkan wacana yang disebut sebagai desa perdikan[2] dan pesantren.[3]
Islam pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik bertahun 1082, serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.[4] Melihat makam-makam muslim yang ada di Gresik yaitu makam wanita muslim Fathimah binti Maimun, nisan yang berangka tahun 475 H (1082 M), serta makam ulama Persia Malik Ibrahim, nisan yang berangka tahun 882 H (1419 M) menjadi tanda bukti bahwa waktu itu rakyat jelata Gresik banyak menganut agama Islam. Jadi pada waktu zaman Prabu Kertawijaya (1447 M) para bangsawan dan punggawa telah ada yang menganut agama Islam. Ini dikarenakan berita tentang kejayaan Islam di wilayah Timur, di Persia, Afghanistan,  Baluctistan (sekarang Pakistan) di India sungai Gangga sampai Benggala. Di tanah Aceh dan Malaka dapat tersebar dengan cepat di kota pelabuhan Jawa. Keadaan yang demikian merupakan sumbangan morak dan kebanggaan dalam hati rakyat Majapahit yang sedang rapuh karena gila jabatan. Apalagi Islam progresif terhadap agama Hindu saat itu.[5]
Penyebaran Islam di Jawa Timur tak lepas dari peran Walisongo. Lima wali di antara sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa Timur. Lima wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban.[6]

B.      Kehidupan Islam di Jawa Timur Pada Abad ke-15 dan 16

Penyebaran Agama Islam merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah Indonesia , sebagai suatu periode sejarah peradaban masyarakat Indonesia yang ditandai dengan bergesernya peradaban yang bercorak Hindu-Budha menjadi sebuah peradaban yang bercorak Islam. Schriek  berpendapat bahwa konversi di Jawa terjadi lewat “strategi struktural”, yakni melalui jaring-jaring kekuasaan interlokal yaitu dengan penaklukan demi penaklukan terhadap kekuasaan-kekuasaan non-Muslim sehingga para penguasa lokal yang tidak menerima Agama Islam akan mau menerima Agama Islam, sehingga secara otomatis masyarakat di bawahnya akan bergeser menjadi masyarakat Muslim yang menganut Agama Islam.
Penyebaran Islam di Jawa Timur, juga dilakukan oleh para sufi dan pengamal tarekat yang menyajikan Islam dalam kemasan yang atraktif, menekankan aspek-aspek keluwesan (fleksibilitas) ajaran Agama Islam serta kompabilitas Islam berupa ajaran Tasawuf dengan mistisisme setempat dan didukung pula dengan otoritas kharismatik dan kekuatan magis yang dimiliki para sufi sehingga masyarakat Jawa mau menerima ajaran Agama Islam. Di lain pihak, hasrat para raja dan bupati untuk berhu-bungan dengan pedagang muslim juga didorong oleh situasi politik dan keamanan, khususnya di sekitar pusat-pusat pemerintahan.
Mas’ud mengatakan bahwa perubahan dalam bentuk konversi Hindu-Budha ke Islam justru terjadi pertama di antara masyarakat nelayan dan bukan kerajaan di pedalaman karena pandangan masyarakat pesisir lebih egalitarian dan keterbukaan dan mobilisasi adalah ciri lain masyarakat pesisir yang lebih kondusif terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar maupun dalam. Keberhasilan para penyebar Agama Islam di Jawa Timur pada abad XV–XVI juga ditunjukkan dengan keberhasilan para penyiar Islam menguasai jaring-jaring perdagangan laut seperti pada pelabuhan Gresik di mana Ibrahim Asmarakandi dan Maulana Mashfur yang da-tang ke Jawa melalui pelabuhan Gresik pada tahun 1371 M, diangkat sebagai syah-bandar yang menguasai kota pelabuihan di Gegisik (Gresik) yang dilanjutkan oleh Maulana Malik Ibrahim pada tahun 1378 M. Dengan penguasaan ini mendorong tum-buhnya komunitas-komunitas Muslim dan penyebaran Islam serta tumbuhnya kota pelabuhan Gresik sebagai pusat Islam di Jawa Timur.
Untuk mendukung masyarakat Muslim, di pusat-pusat Islam didirikan masjid sebagai pusat kendali dan menjadi pusat pemerintahan sosial politik dan ekonomi Islam seperti yang dipelopori Walisongo dengan pendirian masjid pertama di Jawa yaitu Masjid Demak pada tahun 1428, sebagai pusat agama terpenting di Jawa dan memainkan peran besar dalam upaya menuntaskan Islamisasi di seluruh Jawa ter-masuk daerah-daerah pedalaman. Adapun untuk daerah pedalaman Jawa Timur, Ricklefs  menyimpulkan bahwa dengan ditemukannya makam-makam Islam di Troloyo yang letaknya dekat atau mungkin berada di Kutaraja Majapahit, terdapat kemungkinan Islam telah masuk sampai ke pedalaman bahkan mungkin para keluarga kerajaan atau bangsawan Majapahit pada waktu itu telah menganut Agama Islam.
Dalam penyebaran Islam di Jawa dikenal tokoh-tokoh penyebar Agama Islam dengan sebutan Wali atau Walisongo. Istilah Wali berasal dari bahasa Arab aulia, yang artinya orang yang dekat dengan Allah SWT karena ketakwaannya. Walisongo adalah sebutan terhadap sejumlah wali di Jawa yang dianggap sebagai penyebar atau penyiar (mubaligh-mubaligh) Islam yang pertama, jadi yang pertama-tama menyiar-kan Islam, di mata masyarakat Jawa, para Wali dianggap ber-sumber pada kehidupan para resi pada Zaman Hindu Jawa sehingga para Wali menik- mati penghormatan seperti para resi dalam masyarakat Islam Jawa.
Saksono  mengatakan bahwa dalam tradisi Jawa, perkataan wali adalah sebutan bagi orang yang dianggap keramat. Sebagai orang terpandang di daerahnya, seorang Wali selalu disebut sunan, yang merupakan kependekan dari susuhu-nan, artinya orang yang dimuliakan. Walisongo baru muncul pada tahun 1404 mela-lui pertemuan para penyebar Agama Islam pertama yang berjumlah sembilan orang. Lahirnya Walisongo tersebut, bukan berarti bahwa Islam baru ada pada saat Waliso-ngo tersebut terbentuk. Ditemukannya makam Fatimah Binti Maimun di Desa Leran yang batu nisannya yang didatangkan dari Gujarat dan berangka tahun 475 H atau 1082 M, menunjukkan bahwa di tempat itu sudah ada upaya penyebaran Islam yang dilakukan oleh orang bukan dari kalangan rakyat biasa, jauh sebelum munculnya Walisongo walaupun sejarah tidak pernah menjelaskan, siapa sebenarnya tokoh wanita yang makamnya menjadi terkenal itu. Menurut Wahyudi (tt:37), orang yang ditunjuk sebagai Ketua Walisongo pertama kali adalah Maulana Malik Ibrahim. Setelah Mau-lana Malik Ibrahim wafat pada tahun 1419, dan pada tahun 1421 diadakan pertemuan atau sidang Walisongo dan Raden Rahmat ditunjuk sebagai ketua Dewan Walisongo tersebut. Dengan meninggalnya beberapa anggota Walisongo sekaligus untuk konsolidasi serta regenerasi penyebar Agama Islam, maka berturut-turut diadakan sidang Walisongo pada tahun 1435 dan tahun 1462. Pada tahun 1466 diselenggarakan lagi sidang Walisongo dipilih Sunan Giri sebagai ketuanya.
Dengan mulai menetapnya para penyebar Islam di beberapa tempat dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bersifat tetap yaitu pesantren, maka pesantren itu menjadi pusat Islam. Mas’ud berpendapat bahwa pesan-tren merupakan pusat kekuatan Islam yang mengendalikan roda kehidupan politik, sosial dan budaya masyarakat Jawa yang tumbuh menjadi pusat pemerintahan yang dikendalikan oleh para Wali. Walaupun pada awalnya pada pusat Islam tersebut berlaku hubungan antara Kyai dan santri, namun pada perkembangannya, pusat-pusat Islam ini berkembang pola pemerintahan politik.
Perkembangan kota-kota di Jawa jelas merupakan hasil kerja para Walisongo dalam menyebarkan Agama Islam, terutama di daerah-daerah pesisir pantai utara Jawa walaupun setelah kerajaan Demak Bintara runtuh dan pusat pemerintahan berpindah ke Pajang lalu Mataram, dan peranan organisasi Walisongo tidak lagi menjadi penting. Simon mengatakan bahwa pada waktu Wali-songo dipimpin oleh Sunan Giri, arah perjuangan Islam sudah mulai berbelok dengan masuknya wali keturunan bangsawan Jawa yang dididik dalam lingkungan tradisi Hindu, Budha dan Animisme, yang mengarah kompromi antara ajaran Islam dengan nilai-nilai Jawa Non Islam. Kemudian wibawa Walisongo sedikit demi sedikit memudar setelah pusat kerajaan pindah dari Demak ke pedalaman.[7]
Kesusteraan Jawa abad ke-17 dan 18 mengenal banyak cerita tradisional mengenai para wali yaitu orang-orang saleh yang diduga telah menyebarkan agama Islam di Jawa. Dikisahkan kehidupan, mukjizat, dan keyakinan mereka di bidang misik dan teologi. Wali ini biasanya disebut “Wali Sembilan’. Wali di Jawa berpusat  di masjid keramat di Demak yang didirikan bersama. Disitulah mereka adakan pertemuan untuk bertukar pikiran tentang mistik. Mereka memegang peranan penting dalam sejarah politik Jawa ada abad ke-16 dan 17. Dalam perkembangannya Wali Sembilan ini di bagi dua aliran :
1.      Aliran Tuban dipimpin oleh Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Para ulama ini ahli dalam bidang kenegaraan. Pengembangan gerakan Islam hendak dilebur dijadikan gerakan rakyat yang berjuang bersama Empu Supa yang mencita-citakan negara nasional Nusantara. Penerapan agama Islam diselaraskan adat, tata cara serta kepercayaaan penduduk asli. Karena tidak begitu keras dalam menerapkan peribadatan kelompok ini sering disebut kelompok abangan.
2.      Aliran Giri dipimpin oleh Sunan Giri, Sunan Ampel dan Sunan Derajat. Ketiga ulama ini golongan ortodok. Kelompok keras dalam penerapan peribadatan, maka disebut kelompok mutihan.[8]

C.     Kehidupan Ekonomi pada Masa Penyebaran Islam di Jawa Timur



Penyebaran agama Islam di Jawa Timur, erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat Jawa Timur yang menjadi bagian dari kehidupan sosial ekonomi masyarakat internasional yang terlihat dari hubungan antara proses penyebaran Agama Islam dengan sistem perdagangan yang menggunakan jalur laut, dan penyebaran agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara dapat berlangsung dengan menggunakan wahana perdagangan internasional dengan jalur perdagangan laut.
Sebagai pembawa dan penyebar Agama Islam ke Jawa Timur adalah para pedagang Muslim yang menyebarkan agama Islam sembari melakukan perdagangan. Van Leur mengatakan bahwa motif ekonomi dan politik memegang peran sangat penting dalam proses masuk Islamnya penduduk Nusantara, sehingga para penguasa pribumi yang ingin meningkatkan kegiatan perdagangan di wilayahnya membuat mereka mau menerima Islam agar mendapatkan dukungan dari para pedagang Muslim yang menguasai sumber-sumber ekonomi.[9]
Di wilayah Jawa Timur, bersamaan dengan melemahnya kekuatan Majapahit, seorang alim ulama dari  Pasai bergelar Maulana Malik Ibrahim bergerak menyeberang ke wilayah Jawa. Sesampainya di wilayah tersebut, Maulana Malik Ibrahim mendirikan tempat berdagang untuk masyarakat sekitar. Dengan memberikan harga murah maka berkumpulkan para masyarakat melakukan transaksi perdagangan dengannya.[10]
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis.[11]
Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) berdakwah di Gresik, beliau tidak hanya membimbing umat untuk mengenal dan mendalami agama Islam, tapi juga memberikan pengarahan agar kehidupan rakyat Gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi sawah dan ladang.[12]

D.     Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Timur

1.      Kerajaan Majapahit
Di Jawa , Islam mendapatkan suatu sistem politik dan struktur kekuasaan yang telah lama mapan, berpusat di keraton pusat Majapahit. [13]Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.
Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.
Kakawin Nagarakretagama yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, mencakup Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah itu dapat mengundang reaksi keras.
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.
Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.[14]
Dalam hal ekonomi, ada di antara negara-negara yang kena pengaruh India, yang lebih tua dari Mataram, yang memperoleh sebagian besar dari harta kekayaan mereka dari perdagangan. Ini benar dalam hal Majapahit di Jawa Timur pada abad XIII sampai XV.[15]

E.     Peran Walisongo dalam Penyebaran dan Perkembangan Islam di Jawa Timur

1. Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) di Gresik
Syekh Maulana Malik Ibrahim  berasal dari Turki, beliau diperkirakan lahir di samarkan, Asia Tengah pada paruh awal abad ke 14. Dia adalah seorang ahli tata negara yang ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke Pulau Jawa pada tahun 1404 M. Jauh sebelum beliau datang Islam sudah ada walaupun sedikit ini dibuktikan dengan makam Fathimah binti Maimun yang nisannya bertuliskan tahun 1082 M.
Tanah Jawa yang pertama kali disinggahi oleh Maulana Malik Ibrahim adalah desa Sembalo (sekarang adalah daerah Leran, kecamatan Manyar, sekitar 9 km dari uatara kota Gresik). Adapun aktivitas pertama Maulana Malik Ibrahim di tanah ini bukanlah berdakwah, melainkan menyediakan diri mengobati masyarakat secara gratis. Usai mendapatkan hati masyarakat, barulah Maulana Malik Ibrahim memulai misi dakwahnya dengan membangun sebuah pondok pesantren di Leran.[16]

Agama dan istiadat tidak langsung ditentangnya dengan formal dan penuh kekerasan oleh agama Islam. Beliau langsung memperkenalkan kemuliaan akhlak yang diajarkan oleh agama Islam. Beliau langsung memberi contoh sendiri dalam bermasyarakat , tutur bahasanya sopan, lemah lembut, santun kepada fakir miskin, hormat pada orang tua dan menyayangi kaum muda. Dengan cara itu ternyata sedikit demi sedikit banyak juga orang Jawa yang mulai tertarik pada agama Islam dan pada akhirnya mereka menganut agama Islam.

Pada waktu ini, kerajaan terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit dalam keadaan keropos setelah ditinggal Patih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk. Kerajaan yang sudah pernah ditaklukkan sudah mulai memisahkan diri dan tidak memberi upeti lagi.

Di kalangan jelata Sunan Gresik atau sering dipanggil Kakek Bantal sangat terkenal terutama kasta rendah yang selalu ditindas oleh kasta yang lebih tinggi. Maka ketika Sunan Gresik menerangkan kedudukan dalam Islam, orang kasta Sudra dan Wisa tertarik. Sunan Gresik menjelaskan bahwa dalam Islam kedudukan semua orang adalah sama sederajat hanya orang yang beriman dan bertakwa tinggi kedudukannya disisi Allah. Dan untuk mempersiapkan kader umat yang nantinya dapat menyebarkan Islam, dia mendirikan pesantren yang merupakan perguruan Islam, tempat mendidik dan menggembleng para santri sebagai calon mubaligh.[17]

Maulana Malik Ibrahim juga mendirikan tempat pondokan agama untuk menyebarkan Islam. Beserta putranya Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama di daerah Gresik (karena itu Maulana Malik Ibrahim digelari Sunan Gresik). Lalu putranya, Raden Rahmat yang bergelar Sunan Ampel mendirikan padepokan di Ampel Dentha.
Dua putranya Sunan Drajat dan sunan Bonang juga belajar di pesantren Ampel Aenta. Sunan Bonang dilahirkan pada 1465 M di daerah Tuban. Tak hanya sebagai tempat kelahirannya, Tuban juga kemudian menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh Sunan Bonang. Sunan Ampel memiliki sepupu bernama Joko Samudro atau Raden Paku yang juga menjadi muridnya dan bergelar Sunan Giri.
Sunan Giri nantinya akan mendirikan pesantren Giri yang justru memerlukan banyak murid-murid yang nantinya akan menyebarkan Islam di berbagai belahan Indonesia tengah.[18]
Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang ayah dari Walisongo. Beliau wafat di Gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.

1. Raden Rahmat (Sunan Ampel) di Surabaya
Raden Rahmat Ali Rahmatullah adalah raja Cempa, ayahnya bernana Ibrahim Asmaira Kandi yang kawin dengan Puteri Raja Cempa yang bernama Dewi Candra Wulan.
Raden Rahmat ke tanah Jawa langsung ke Majapahit karena bibinya Dewi Dwar Wati diperisteri Raja Brawijaya, dan isteri yang paling disukainya. Raden Rahmat berhenti di Tuban, ditempat beliau berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, yang kemudian bersama kedua orang bersama keluarganya masuk Islam. Dengan adanya dua orang ini Raden Rahmat semakin mudah mengadakan pendekatan dengan masyarakat sekitarnya. Beliau tidaka langsung melarang mereka yang masih menganut adat itiadat lama, tapi sedikit demi sedikit, tentang ajaran ketauhidan. Beliau menetap di Ampel Denta dan kemudian disebut Sunan Ampel.selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat putera bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa saja yang mau berguru kepadanya. Dan beliau wafat pada tahun 1478 M. Dimakamkan di sebelah mesjid Ampel.[19]

2. Syekh Maulana Ishak (Sunan Giri) di Gresik
Di awal abad ke 14 kerajaan Blambangan diperintah oleh Prabu Menak Semboyo, salah seorang keturunan Prabu Hayam Wuruk dari kerajaan Majapahit. Raja dan rakyatnya memeluk agama Hindu dan sebagian yang memeluk agama Budha.

Pada waktu itu kerajaan Blambangan sedang dilanda wabah penyakit, banyak yang meninggal. Banyak korban berjatuhan dan pteri Prabu juga terserang penyakit beberapa bulan. Banyak tabib dan dudun mengobati tapi sang puteri belum sembuh juga. Lalu prabu Menak mengutus Patih Bajul Senggoro ke gunung Gresik. Patih Bajul Senggoro dapat bertemu dengan Syekh Maulana Ishak yang sedang bertafakkur di sebuah goa. Setelah terjadi negosiasi bahwa raja dan rakyat mau diajak masuk Islam maka Syekh Maulana Ishak bersedia datang ke Blambangan. Memang beliau pandai dalam engobatan, Puteri Dewi Sekardadu sembuh setelah diobati dari wabah penyakit lenyap dari wilayah Blambangan. Sesuai janji Sunan Giri dikawinkan denagn Puteri Dewi Sekardadu dan diberi kekuasaan sebagai adipati Blambangan. Setelah banyak sekali beliau pindah ke Singapura dan wafat disana.

3. Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) di Tuban
Beliau adalah putera Sunan Ampel. Sunan Bonang terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid.
Sekembali dari Persia untuk berguru kepada Syekh Maulana Ishak ke tanah Jawa, beliau berdakwah di daerah Tuban. Cara berdakwahnya cukup unik dan bijaksana,beliau ahli dalam menciptakan gending dan tembang yang disukai rakyat. Dan beliau ahli dalam membunyikan gending yang disebut bonang, sehingga rakyat Tuban dapat diambil hatinya untuk masuk mesjid.
Beliau membunyikan bonang rakyat yang mendengar seperti terhipnotis teru melangkah ke mesjid karena ingin mendengar langsung dari dekat. Dengan cara ini sedikit demi sedikit dapat merebut simpati rakyat, lalu menanamkan pengertian sebenarnya tentang Islam.

4. Raden Qasim (Sunan Drajad) di Lamongan
Beliau adalah putera Sunan Ampel dari Dewi Candra Wati. Beliau berdakwah di daerah Drajad sehingga dikenal Sunan Drajad. Cara menyebarkan agama Islam dilakukan dengan cara menabuh seperangkat gamelan, gending dan tembang mocopat, setelah itu baru diberi ceramah Islam. Dan beliau mendirikan pesantren untuk menyiarkan Islam.
Beliau wafat pada tahun 1462 M dan dimakamkan didesa Drajad kecamatan Paciran kabupaten Lamongan.[20]




BAB III

KESIMPULAN

1. Islam pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik bertahun 1082, serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit. Penyebaran Islam di Jawa Timur tak lepas dari peran Walisongo. Lima wali di antara sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa Timur. Lima wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban.

2. Penyebaran agama Islam di Jawa Timur, erat kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat Jawa Timur yang menjadi bagian dari kehidupan sosial ekonomi masyarakat internasional yang terlihat dari hubungan antara proses penyebaran agama Islam dengan sistem perdagangan yang menggunakan jalur laut, dan penyebaran agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara dapat berlangsung dengan menggunakan wahana perdagangan internasional dengan jalur perdagangan laut.Sebagai pembawa dan penyebar Agama Islam ke Jawa Timur adalah para pedagang Muslim yang menyebarkan agama Islam sembari melakukan perdagangan.

Di wilayah Jawa Timur, bersamaan dengan melemahnya kekuatan Majapahit, seorang alim ulama dari  Pasai bergelar Maulana Malik Ibrahim bergerak menyeberang ke wilayah Jawa. Sesampainya di wilayah tersebut, Maulana Malik Ibrahim mendirikan tempat berdagang untuk masyarakat sekitar. Dengan memberikan harga murah maka berkumpulkan para masyarakat melakukan transaksi perdagangan dengannya.Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) berdakwah di Gresik, beliau tidak hanya membimbing umat untuk mengenal dan mendalami agama Islam, tapi juga memberikan pengarahan agar kehidupan rakyat Gresik semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi sawah dan ladang.

3. Para wali songo yang berperan dalam penyebaran dan perkembangan Islam di Jawa Timu adalah :

  • Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) di Gresik
  • Raden Rahmat (Sunan Ampel) di Surabaya
  • Syekh Maulana Ishak (Sunan Giri) di Gresik
  • Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) di Tuban
  • Raden Qasim (Sunan Drajad) di Lamongan.

---------------------------------------------------------------------
[1] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung, Pustaka Setia, 2009).hlm.196.
[2] Desa Perdikan adalah desa yang bebas pajak.
[3] Fatah Syukur,Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Pustaka Rizki Putra).hlm.328.
[5] Siti Maryam,Sejarah Peradaban Islam : dari Masa Klasik hingga Modern (Yogyakarta : LESFI).hlm.190-191.
  [6] op.cit.
[8] Siti Maryam,op.cit.,hlm.192.
  [10]op.cit.
[12] Siti Maryam,op.cit.,hlm.194.
[13] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2008).hlm.227.
[14] file:///C:/Users/User/Documents/Kerajaan_Majapahit.htm diakses pada 18 Maret 2012 pukul 20.46.
[15] Taufuk Abdullah, Sejarah dan Masyarakat : Lintasan Historis Islam di Indonesia(Jakarta, Pustaka Firdaus, 1987).hlm.30.
[16]Anneahira,walisongo, http://www.anneahira.com/walisongo-1866.htm diakses pada 26 Maret 2012 pukul 03.26.
[17] Dedi Supriadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung, Pustaka Setia, 2009).hlm.193-194.
[18] Op.cit.
[19] Siti Maryam, op.cit., hlm. 195-196.
[20] Siti Maryam, op.cit., hlm.196-197.